Sakit memang kadang mengerikan, tetapi apa mau dikata setiap orang dimuka bumi pasti pernah sakit. Ga pandang umur, ga pandang gender, ga pandang status sosial *loh kok jadi kaya slogan apa ya*
Aniwaeeee.. Yaaaa namanya juga sakit ya mau diapain lagi yang penting semangat buat sehat.
Kaya saya kemarin akhirnya nekat sore-sore jalan sama mama ke Hypermart nemenin doi belanja bulanan biar saya lupa sama sakit-sakit sebadan. Pulang belanja nidurin Biebie langsung hajar minum kuah ayam merah panas sama capucinno panas *kombinasi yang absurd ya* hehehe
Tapi kalo ngomongin sakit memang kadang menakutkan tapi kadang juga membuat kita semangat hidup sehat biar ga sakit-sakit lagi *kalo bisa*.
Seperti sekarang saya berkutat dengan Papa Mertua saya yang juga sedang berjuang melawan sakitnya.
"Pa, aku tahu papa pasti bisa. Papa masih kuat, Papa masih muda kok. Dengan sedikit tambahan semangat dan kesabaran Papa pasti bisa melalui kerikil kecil ini. Ya pa yaaa..."
Papa Mertua saya memang hampir 2 tahun ini berjuang melawan sakitnya. Dari semangat 45 untuk sembuh sampai kadang pupus harapan untuk sembuh. Memang itulah yang dialami orang sakit. Saya juga kemarin waktu sakit sebadan-badan aduh rasanya ga enak banget deh bawaannya mau tidur aja. Lalu saya membayangkan perjuangan Papa Mertua saya sekarang. Yang dibutuhkan olehnya sekarang adalah suntikan semangat karena itu yang paling penting. Semangat untuk sembuh dan semangat untuk melanjutkan kehidupannya. Pa, di dalam doaku aku selalu memohon kepada Tuhan agar terus memberikanmu kesabaran dalam pengobatan, kekuatan dalam perjuangan, dan semangat untuk menjalani ini semua.
Dan yang tidak kalah penting Mama Mertua. Ma, aku tidak tahu apakah engkau membaca ini atau tidak. Tapi yang pasti aku ingin seluruh orang di dunia yang membaca blog ku ini tahu betapa hebatnya engkau.
Engkau sudah berjuang tanpa putus semangat menghidupi dan memberikan yang terbaik untuk anak-anakmu. Untuk suamiku. Menjadikan mereka semua manusia seutuhnya. Manusia yang sudah sukses berkeluarga. Yang telah memberikanmu 10 cucu yang mungkin akan terus bertambah. Mama, di usiamu yang tidak lagi muda engkau tidak pernah berhenti berjuang. Kau masih semangat untuk menjalankan bisnis dirumah, engkau juga dengan penuh rasa sabar merawat papa dengan sepenuh hatimu. Mama, engkau sungguh penyabar. Aku berharap aku bisa menjadi sepertimu. Menjadi ibu yang seutuhnya.
Ketika aku melihat Papa Mertuaku yang kini sedang berjuang melawan sakitnya aku jadi teringat oleh Kungkungku (panggilan kakek bagi orang-orang Khe), Tn. Lie Foeng Koei. Kungkung ku tidak pernah sedikitpun menyerah, tidak pernah sedikitpun berkeluh kesah selama 6 tahun terakhir masa hidupnya sejak pertama kali terserang stroke.
Kungkung pertama kali terserang stroke di tahun 1996, saat itu keadaan Indonesia mulai bergejolak, dan Kungkung yang merupakan pemerhati politik dan juga memiliki darah tinggi menjadi resah sehingga sampai pada titik tekanan darahnya menjadi sangat tinggi dan menyebabkan Beliau terserang stroke. Stroke pertama membuat separuh bagian tubuhnya lumpuh. Sebelah kiri, aku ingat benar, saat itu kungkung sama sekali tidak bisa mengerakan anggota tubuhnya. Untungnya saat itu sukung, adik kungkungku, mau dan bersedia membawa kungkung ke Singapore untuk berobat. Dan hebatnya kungkung, Beliau tidak pernah patah semangat. Aku ingat saat berangkat ke Singapore beliau memakai kursi roda, sebulan kemudian ketika pulang, Beliau sudah bisa berjalan!
dari kiri ke kanan: Sukung dan Kungkung |
Dan sejak saat itu setiap pagi aku selalu melihat Kungkung berlatih jalan dengan langkah terseok-seok keliling rumah sendiri. Sampai pada saat dokter memperbolehkannya kembali bekerja maka kungkung kembali ke Akupuntur Umum untuk menjadi Kepala Yayasan. Aku ingat karena saat itu kelas 2 SD aku suka ikut menemani Kungkung ke akupuntur. Membantu bagian pendaftaran, membantu bagian obat, dan setiap sore kami pulang. Aku menuntun Kungkung atau Kungkung menuntun aku. Yang pasti dia masih bisa berjalan sendiri dengan tegap tidak tampak bahwa Kungkung pernah lumpuh disebagian badannya.
Lalu serangan stroke ke 2 tidak dapat juga dihindarkan. Saat itu 1998, saat kejadian kerusuhan Mei itu. Aku ingat benar karena detik-detik sebelum Kungkung terserang stroke, Kungkung masih sempat berpesan kepada ketua RT agar menjaga keluarga kami dari serangan massa waktu itu. Setelah itu papa dan mama langsung meminta Kungkung untuk masuk rumah sakit karena tekanan darah sudah cukup tinggi. Saat itu Kungkung dilarikan ke rumah sakit dengan vespa milik Papa karena tidak mungkin membawanya dengan mobil. Tidak ada ruang gerak saat itu. Untung kami tiba tepat waktu. Saat tiba dirumah sakit kungkung sudah tidak bisa menelan. Kali ini yang terserang adalah fungsi saraf di bagian kerongkongan sehingga membuat Kungkung tidak dapat menelan baik air maupun makanan padat. Keadaan ini membuatnya harus di sonde. Mama saat itu yang belajar bagaimana cara membuat makanan untuk Kungkung. Bagaimana cara memberikan makanan dengan sonde. Dirumah sakit berkali-kali Kungkung mengamuk tidak ingin memakai sonde. Berkali-kali dia mencabut selang sonde sehingga membuat luka di kerongkongannya. Sampai 2 bulan saat sudah mulai berobat jalan Kungkung memaksa dokter untuk mengijinkannya mencabut selang sonde dan makan dengan normal.
Melihat kegigihan dan semangat Kungkung, akhirnya dokter memberi ijin tetapi mewanti-wanti kepada Mama dan Popoh untuk menjaga Kungkung dan memperhatikannya takut kalau Beliau tersedak.
Seiring berjalannya waktu Kungkung bisa makan sendiri tetapi tidak mudah, karena seperti yang dikatakan dokter. Sering sekali Beliau tersedak. Tetapi semangatlah yang membuatnya bisa dan berhasil. Stroke ke 2 dikalahkan Kungkung kurang dari 6bulan.
Sampailah pada tahun 2001. Bulan Desember saat itu, kami sedang liburan ke Puncak bersama keluarga besar. Aku tidak begitu ingat karena aku tidak memperhatikan. Tetapi kata Mama, perut Kungkung saat itu sangat besar, membengkak, Beliau tidak bisa buang air besar sama sekali. Mama panik, takut kalau perut Kungkung akan meledak. Setelah telepon dokter pribadi Kungkung, dokter menyarankan Kungkung untuk segera dibawa kerumah sakit. Dan Kungkung MENOLAK! Beliau beralasan kalau kami sedang liburan tidak ingin menganggu liburan, biarlah liburan selesai baru berangkat ke rumah sakit. Untungnya dengan seribu satu rayuan kungkung mau dibawa kerumah sakit dan langsung dilakukan peneropongan pada usus. Dan Kungkung terserang Kanker Kolorektal - kanker usus besar. Bagai disambar geledek. Mengapa bisa Kungkung terkena kanker kolorektal. Kungkung jarang makan diluar, kungkung selalu makan-makanan dirumah, kungkung tidak merokok, timbul seribu satu pertanyaan mengapa dan mengapa. Tetapi begitu melihat Kungkung. Beliau bagaikan tidak terkena apa-apa. Masih bisa bercanda tawa dengan cucu-cucunya. Dan Beliau masih menolak untuk dioperasi dengan alasan tidak apa-apa. Kali ini keluarga mengerahkan segenap jajaran sinshe di Yayasan Akupuntur Umum untuk merayu Kungkung. Dan Kungkung mau.
Inilah perjuangan sesungguhnya, segera setelah operasi berjalan lancar Kungkung melakukan kemoterapi.
Setiap bulannya Kungkung semakin kurus. Tetapi aku masih bisa melihat pancaran semangat di matanya. Beliau masih minta mandi sendiri walaupun kami tidak mengijinkan. Masih minta makan sendiri. Kungkungku sungguh hebat. Sampai pada kemoterapi ke yang sekian kalinya (aku sampai lupa) saat itu aku kelas 2 SMP, tahun ajaran baru mulai. Belum terlalu berat, entah mengapa setiap pulang sekolah aku tidak pernah langsung pulang, tetapi aku selalu mampir ke rumah sakit untuk menemani Kungkung dan mamaku.
Aku ingat hari itu. Hari aku terakhir bersenda gurau dengan Kungkung, hari terakhir aku melihat matanya terbuka dengan sadar, hari terakhir aku melihat Beliau berjalan untuk pipis. Detik-detik itu tidak akan pernah aku lupakan dalam ingatanku.
Karena sesaat setelah aku pulang, Papa menerima telepon yang bilang pembuluh darah di otak Kungkung pecah karena tidak sanggup dengan kemoterapi. Mama bercerita sesaat sebelum jam 6 sore Kungkung mengeluh pusing dan tidak lama berselang Kungkung pingsan, tidak sadarkan diri.
Selama kemoterapi Kungkung bagaikan kesatria baja. Beliau tidak pernah muntah, mual, atau serangan-serangan lain yang dialami pasien kemo lainnya. Tetapi tiba-tiba saja pembuluh darah di otaknya pecah.
Malam itu juga Kungkung langsung dioperasi otak. Dokter sudah mengatakan kemungkinan sadarnya sangat kecil. Tetapi kami sekeluarga tidak pernah patah semangat. Setiap kesempatan yang ada akan kami ambil.
Dan benar, sejak saat itu sampai 2 bulan kemudian disaat Tuhan mengambil nyawanya. Kungkung tidak pernah tersadar. Tetapi aku tahu, di dalam komanya Kungkung berjuang dan terus berjuang tidak pernah menyerah. Selama di ICU berkali-kali Kungkung hampir menyerah, berkali-kali dokter harus menyuntik jantungnya agar terus berdegup. Setelah 1 bulan koma di ICU membuat keuangan keluarga kami mulai collaps. Sehingga kami harus mengambil keputusan berat. Kami meminta agar kungkung dipindahkan ke kamar biasa dengan konsekuensi pengurangan alat-alat yang menopang kehidupan kungkung.
Ajaibnya! Kungkung masih bisa bertahan! Yang aku ingat di dalam kamar biasa Kungkung hanya dibantu oleh oksigen. Selama 1 bulan penuh Kungkung bertahan. Sampailah pada hari itu. Hari selasa, 28 Juli 2002. Kungkung dipanggil yang Maha Kuasa. Aku tahu Kungkung bukan kalah dalam perjuangannya. Tetapi Beliau mengalah untuk akhir yang lebih baik.
Terima kasih Kung. Engkau memberikan contoh hidup yang begitu baik kepadaku. Engkau yang sudah memberikan semangat bagiku untuk menulis. Seperti yang pernah Engkau lakukan ketika menjadi jurnalist. Engkau yang sudah memberikan aku contoh hidup seperti apa perjuangan sesungguhnya, berjuang walau tidak ada yang bisa melihat kita berjuang. Kung, aku harap walaupun Engkau sudah ada di surga sana. Engkau bisa melihat kami. Engkau bisa bangga dengan kami. Aku berjanji akan terus menjaga kerukunan keluarga ini. Aku berjanji akan terus membuat Engkau bangga. Aku akan menjadi manusia yang lebih baik dari yang bisa aku lakukan.
Terima Kasih banyak Kungkung-ku. I love you, soooo much.
My Kungkung back home in China |
Kungkung with my Sister |
Me and Kungkung |
Kungkung 66th Birthday |
No comments:
Post a Comment